Aniota Blog - All about Japan

Informasi terlengkap seputar jepang meliputi industri, hiburan, ekonomi, politik, infotainment, idol, culture, pop culture, anime, manga, dll

Rabu, 22 April 2020

Dongeng Jepang : Pemuda Pemalas Dan Dewa Kemiskinan


Pemuda Pemalas dan Dewa Kemiskinan
(Namake mono to bimbo gami)

Zaman dahulu kala,
Hiduplah seorang pemuda yang sangat malas dan miskin.
Suatu hari di akhir tahun, ketika si pemuda pemalas yang kelaparan sedang tidur di pojok dekat Irori  (tungku bakar ala Jepang) tiba-tiba sesuatu jatuh dari arah atap rumahnya.
“Aa.. apa yang jatuh” kata si pemuda kaget.
Ketika dilihat lebih jelas ternyata seorang kakek memakai pakaian kotor penuh dengan tambalan.
“Kau ! apa yang kau lakukan di atap rumahku ?” kata si pemuda dengan nada kasar.
Lalu si kakek menjawab sambil sempoyongan karena baru jatuh dari atap rumah si pemuda itu.
“Saya adalah dewa kemiskinan yang sudah lama tinggal dirumah ini”
“Dewa kemiskinan ? dirumah ini tidak aneh jika ada satu atau dua dewa kemiskinan yang tinggal tapi, untuk apa kau menampakan diri ?” kata si pemuda bertanya.
“Hmm... karena kau sangat miskin tidak ada makanan untuk diri saya di rumah ini (alasannya yaitu yang kuasa kemiskinan memakan kekayaan seseorang), Walaupun saya termasuk dewa yang kuat saya akan tetap mati nantinya, jadi saya memutuskan untuk pergi dari rumah ini tapi, karena saya dalam keadaan kelaparan tanpa sadar saya pingsan kemudian jatuh dari atap” kata si dewa kemiskinan menjelaskan.
“Oh jadi begitu, kemiskinanku ini bahkan membuat dewa kemiskinan saja tidak betah”kata si pemuda bangga.
“Jika kau mau pergi , pergi saja .... aku juga akan sangat berterima kasih”
“Sebenarnya aku ingin mengantarmu tapi lihat, aku juga sedang kelaparan jadinya aku tidak bisa bergerak... maaf... tapi tolong pergi sendirian saja”
Kemudian si pemuda melanjutkan tidurnya.
“Tolong jangan tidur dulu, setidaknya dengarkan cerita saya sebentar ” kata si dewa kemiskinan.
“Walaupun saya ini adalah dewa kemiskinan, saya ini adalah dewa yang terhormat, tidak mungkin saya begitu saja pergi tanpa balas budi kepada pemilik rumah yang sudah saya tinggali bertahun-tahun, oleh karena itu saya akan memberitahu kan satu hal yang menarik kepadamu anak muda” kata si dewa kemiskinan.
“Hal yang menarik ?” kata si pemuda bertanya.
“Besok pagi-pagi sekali akan ada kuda yang membawa harta karun yang melewati rumah ini” kata si dewa kemiskinan.
“Kuda yang pertama membawa emas”
“Kuda yang kedua membawa perak”
“Kuda yang ketiga membawa perunggu”
“Kau mau memilih kuda nomor berapa saja silahkan, coba jatuh kan kuda itu dengan cara memukulnya dengan sebuah kayu,  setelah itu harta karun yang dibawanya akan menjadi milikmu” Kata si dewa kemiskinan menjelaskan.
“Oh jadi begitu, tawaran yang menarik , terus kuda yang boleh aku ambil harta karunnya cuman 1 kuda atau boleh ketiga nya ? kata si pemuda pemalas mulai tertarik dengan cerita si dewa kemiskinan.
“Ho..ho...ho...ho kau mulai tertarik yah ? tentu saja kau boleh memiliki ketiga kuda itu jika kau mau”
“Jika kau memiliki kuda yang ketiga, yang kau dapat adalah hidup sederhana”
“Jika ditambah dengan kuda yang kedua, yang kau dapat adalah hidup berkecukupan”
“Dan jika ditambah dengan kuda yang kesatu, yang kau dapat adalah hidup kaya raya”
Akan tetapi, jangan pernah memukul kuda yang keempat, karena kuda itu yang akan membawaku pergi dari rumah ini”
“Aku mengerti ! kuda yang terakhir tidak boleh di pukul “ kata si pemuda, lalu  ia kembali melanjutkan tidurnya.

Kemudian di pagi hari nya bersamaan dengan matahari terbit,
Si pemuda malas yang biasa bermalas-malasan setiap hari, dihari penting itu ia juga bangun kesiangan.
“Gawat ! aku kesiangan  “ kata si pemuda.
Si pemuda terburu-buru keluar rumahnya, tepat ketika ia sudah ada didepan rumah seekor kuda akan melewati rumahnya.
“Oke ! itu pasti kuda yang membawa emas , dengan begini aku akan menjadi kaya raya “ kata si pemuda bersemangat.
Si pemuda membawa sebuah tongkat dari halaman rumahnya dan mengayun-ngayunkan tongkatnya kearah si kuda.
“Hiattt” suara si pemuda malas berusaha mengenai tubuh si kuda.
Akan tetapi, karena tongkat yang ia pakai terlalu panjang , tongkatnya terkait di dedahanan pohon depan rumahnya. Ketika si pemuda berusaha menarik tongkatnya kuda yang tadi membawa emas di punggung telah kabur.
“Gawat ! kuda yang membawa emas sudah kabur” kata si pemuda.
“... tak apalah masih ada kuda yang membawa perak dan perunggu dengan menangkap dua kuda itu aku akan menjadi orang kaya” kata si pemuda bergumam.
“Baiklah selanjutnya aku akan menggunakan tongkat yang pendek !”
Lalu si pemuda mengambil sebuah tongkat pendek untuk menumbuk kacang-kacang dari dapur miliknya.
Tidak beberapa lama lewatlah seekor kuda yang menurut ia membawa perak diatas punggungnya.
“Oke ! ini dia kuda yang membawa perak milikku . Hiatts !”
Si pemuda pemalas mengincar kepala si kuda untuk bisa dijatuhkan akan tetapi, beberapa kalipun ia mencoba memukul kepala si kuda tongkat yang ia gunakan tidak pernah sampai karena terlalu pendek”
Kuda yang memuat perak itu lalu berlari pergi meninggalkan si pemuda.
“Ah ! gagal lagi, oke sekarang aku akan menggunakan tongkat yang sedikit lebih panjang”
Lalu si pemuda membawa sebuah tongkat tenbin (tongkat yang digunakan untuk memikul barang dagangan) dan menunggu kedatangan kuda yang ketiga.
Akhirnya kuda yang di tunggu-tunggu datang, tapi kuda ini sama sekali tidak membawa apapun di punggungnya.
“Ko aneh yah , harusnya kuda ini membawa perunggu,
Udahlah, akan kuhabisi kuda ini dan hidup sederhana” kata si pemuda.
Sipemuda kemudian mengayunkan tongkatnya kearah kepala si kuda.
“Blakkk ! tongkat tenbin yang digunakan oleh si pemuda pas mengenai kebagian kepala kuda sampai kuda itu mati.
“Assik ! akhirnya aku mendapakan kuda yang membawa perunggu ! “ kata si pemuda  kegirangan.
Ketika si pemuda sedang melompat kegirangan turunlah dewa kemiskinan dengan muka muram dari atap.
“Aah apa yang sudah kau lakukan, kau sudah membunuh kuda yang harusnya aku naiki, awalnya aku berpikir akan menemukan rumah yang lebih layak tapi dengan begini saya tidak bisa pergi... mau bagaimana lagi aku akan tetap tinggal dirumahmu dan memberikan pengaruh buruk terhadap hidupmu” kata dewa kemiskinan kecewa.

Dengan begini si pemuda pemalas terus hidup dalam kemiskinan.
END
Amanat Cerita
“Yang bisa menentukan arah hidup kita yah kita sendiri” seperti yang di ceritakan di kisah diatas ketika si pemuda pemalas diberikan sebuah kesempatan untuk mengubah hidupnya agar lebih baik ia malah tidur dan bermalas-malasan bukannya membuat strategi sebelum ketiga kuda itu datang. Jangan selalu bergantung pada keberuntungan yah kawan.  
Terus malas-malasan dan bangun siang itu bikin rejeki dipatok ayam kata orang tua dulu begitu kita akan melewatkan banyak hal berharga dalam hidup kita seperti sipemuda pemalas yang melewatkan kuda yang menggankut emas hanya karena ia bangun kesiangan.

Menurut kalian apa amanat yang bisa di ambil dari Dongeng Jepang : Pemuda Malas dan Dewa Kemiskinan diatas tuliskan versi kamu komentar dan terima kasih telah berkunjung di blog aku yang sederhana ini.

Baca juga : Cerita Rakyat Jepang : Kintaro, Bocah kuat dari Jepang

Sumber :
Note :
*Irori : Sebuah alat pemanas di jepang berbentuk persegi seperti tungku ditengah-tengah ruangan. Digunakan untuk mengahangatkan rumah atau memasak makanan.
Gambarnya mirip berikut,




















*Tenbinbou : kayu untuk membawa beban yang akan dipikul.
Gambarnya ibarat berikut,








Back To Top